UNTUK SELURUH PEREMPUAN: (Penting) Berhati-Hatilah Jika Kalian Dipuji Seperti Ini, Neraka Ganjarannya!!

Perempuan islam di puji, siapa sih yang tidak suka dipuji? Terlebih di depan khalayak. Namun, ternyata pujian juga bisa berbahaya sahabatku. Bagaimana bisa? Dalam sebuah kisah menyiratkan mengenai Hammam bin Al-Harits bercerita kalau seseorang memuji Utsman. Miqdad lalu duduk berlutut. Al-Miqdad yaitu seorang yang bertubuh besar. Akhirnya ia menaburkan batu kerikil pada orang yang memuji tadi. 

“Mengapa hal itu kamu lakukan? ” tanya Utsman. “Al-Miqdad menjawab, kalau Nabi bersabda, “Jika kalian melihat ada orang yang memuji orang lain, maka taburkanlah debu ke mukanya. ” 

Dalam riwayat lain mengatakan kalau Ibnu Bathal berkata, “Larangan bersikap berlebih-lebihan didalam memuji orang lain berlaku pada orang yang di kuatirkan akan bersikap ‘ujub (membanggakan diri), jika dipuji. Apabila itu terjadi, di kuatirkan amal serta kebaikannya menjadi sia-sia. 

Hikmahnya yaitu bisa saja memuji asalkan tak ragu lagi kalau pujian adalah salah satu bahaya lisan yang membahayakan. Karena, pujian dapat berbuntut pada fitnah pada orang yang dipuji (merasa besar kepala), perilaku ceroboh, dan melewati batas. Namun bila hal-hal negatif itu dijamin tidak akan terjadi, maka pujian diperbolehkan. 

Perempuan islam Subhanallah, ternyata pujian itu begitu berbahaya. Kembali ke diri kita sendiri saja dulu, terkadang waktu kita mengerjakan suatu kebaikan, umpamanya sedekah atau shalat, yang awalannya kita niatkan hanya karena Allah, tiba-tiba ada seorang teman yang ketus mulai membesar-besarkan dan macam-macam pujian yang lain yang mebuat kita besar kepala, tiba-tiba niat yang awalnya lillah, berubah haluan jadi linnas, astagfirullah walau sebenarnya tidak ada daya dan upaya selain dari-Nya, kebaikan yang kita lakukan pun yaitu izin serta pertolongan Allah.

Pantas saja para sahabat terdahulu bila melakukan amal kebaikan, mereka lebih memilih untuk sembunyi-sembunyi, mereka menghindari popularitas. Sebab, menurut seorang ulama yang bernama Mutharrif bin Abdillah, “Tidak ada seorang pun yang memujiku kecuali diriku merasa semakin kecil. ” 

Perempuan islam ; Seseorang bisa dipuji dengan sesuatu, sesuai dengan kondisi yang memang terjadi pada dirinya. Rasulullah saw. seringkali dipuji dalam syair, khutbah serta pembicaraan umum. Toh, beliau tidak memerintahkan untuk menyebarkan tanah ke wajah orang yang memujinya. 

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Banyak hadits didalam dua kitab shahih (shahihayn) yang isinya memuji seseorang langsung dihadapannya. Dalam hal ini, ulama berpendapat kalau titik temu untuk dua hal (pada larangan serta pembolehan pujian) yaitu kalau larangan berlaku untuk pujian yang serampangan, pujian yang ditambahi dengan dusta atau memuji seseorang yang di kuatirkan akan menimbulkan rasa sombong pada diri orang itu, kalau ia dipuji. 

Namun, bila hal-hal yang di kuatirkan seperti diatas tak terjadi, maka pujian diperbolehkan, walau dilakukan dihadapannya. Bahkan, hukumnya menjadi sunnah bila dalam pemujian terhadap dirinya akan memberi stimulan (penyemangat) untuk berbuat kebaikan, memberi amal serta konsisten dalam kebaikan itu, serta menjadikan kebaikan itu sebagai panutan. Wallahu a’alam bishshawab. 

Sahabat ihram, boleh memuji serta dipuji asalkan jangan berlebihan serta tak menyebabkan berbagai penyakit hati. Sebelum memuji dan waktu dipuji fikirkan terlebih dulu apakah Allah ridho waktu kita melontarkan pujian serta waktu kita dipuji? Jangan terlena, sebab terkadang kita menganggap pujian itu hal yang biasa namun toh, kita tidak paham kedalaman hati seseorang. 

Perempuan islam ; ada satu doa yang disampaikan Abu Bakar ra. Saat beliau dipuji,

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun. 

(Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku dari pada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui kondisi diriku dari pada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku pada apa yang mereka tak ketahui dariku, serta jangan sampai menyiksaku dengan perkataan mereka) (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4 : 228, no. 4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25 : 145, Asy Syamilah).