Subhanallah... SUDAH 30 TAHUN LEBIH DI KUBUR, KONDISI KAIN KAFAN DAN TULANG BELULANG 3 WANITA INI MASIH UTUH KETIKA DIGALI,, TERNYATA AMALAN SEDERHANA INI YANG MEREKA LAKUKAN...


Cerita nyata ini terjadi sekitar th. 1989 saat pemkab Indramayu akan membangun satu pasar kecil di desa Singaraja. Akan tetapi tempat yang akan di pakai untuk bangun pasar itu nampaknya telah jadi pemakaman setidaknya 50an warga. Karena status kepemilikan tanah itu ada di tangan pemerintahan kota Indramayu, pemerintah punbermaksud memindahkan kubur – kubur yang ada di tempat itu ke tempat lain.

Salah satu penduduk yang membantu menggali tempat pemakaman itu yakni pak Zamahri, beliau di minta untuk menggali dua kubur oleh ahli waris penghuni ke-2 kubur itu, yakni almarhumah Siti Zahro yang kebetulan bibinya dan almarhumah Ruwaidah, tetangganya. 

Anehnya, saat pak Zamhari menggali ke-2 kubur itu, kain kafan dan talinya masih utuh, demikian pula tulang belulangnya yang masih rapi terbalut kulitnya, hal ini tentu berbeda dengan kubur – kubur lain yang biasanya kain kafan dan jenazahnya sudah hancur, kecuali hanya sebagian saja yang tersisa. Semua mayat yang di gali kuburnya di serahkan pada keluarga masing – masing untuk di kubur kembali ke tempat lain. 

“Waktu itu saya disuruh menggali makam Bibi Siti Zahro dan Ruwaidah, yang meminta yakni keluarganya. Waktu dua kubur itu saya gali, kain kafannya masih utuh dan tulang – belulangnya masih bagus. Tak rusak. Bahkan kulitnya masih melekat di tulang, hanya saja dagingnya tak ada lagi. Posisi mayatpun masih menghadap ke arah kiblat. Sama dengan waktu di masukan pertama dulu, tetapi warna kain kafannya memang sudah tak bersih lagi, sudah kotor serta sedikit menghitam. Padahal kalu di kubur – kubur lain kebanyakan jadi sudah hancur kecuali cuma sedikit rambutnya saja yang masih ada. ” Kenang Ayah Zahari seraya menyebutkan nama penghuni kedua kubur yang di galinya itu. 

Selain dua kubur yang di gali pak Zamhari, masih ada satu kubur lain yang kondisi mayatnya ternyata sama. Ahli kubur itu yakni Almarhumah hajjah Maimah yang kuburnya di bongkar oleh penduduk lain. Lalu sebenarnya siapakah ketiga wanita sholehah itu? 

Siti Zahro 

Beliau meninggal dunia sekitar th. 1988 dalam usia setidaknya 68 th.. Ketika kuburnya di gali, mayatnya memang belum lama di kebumikan yakni baru satu 1/2 th.. Walau kondisi kuburnya masih baru, namun nampaknya kondisi kafan dan tulang – belulang yang masih bagus itu bisa di sebut satu kelebihan, sebab masih ada banyak kubur lain yang kondisinya bahkan jauh lebih baru lagi saat di gali mayatnya sudah hancur atau hanya tersisa sebagian saja. 

Menurut bapak Zamhari, yang juga keponakan dari almarhumah Siti Zahro, semasa hayat Siti Zahro begitu sayang dengan binatang kucing, bahkan karena sangat sayangnya, di dalam rumahnya bukan hanya tinggal satu atau dua ekor kucing saja namun hingga puluhan ekor kucing. Suaminya telah meninggal beberapa tahun sebelumnya meninggalnya beliau. Mungkin itu penyebabnya beliau memelihara banyak kucing dalam rumahnya. 

Sehari-harinya Siti Zahro sebenarnya cuma penjual ubi rebus di pasar yang letaknya demikian jauh dari rumahnya. Pendapatannya juga sedikit dan tak seberapa, namun nampaknya karena rasa cintanya pada hewan ciptaan Allah itu, sepulang berjualan selalu ia selipkan uang untuk beli ikan untuk puluhan ekor kucing yang ada di rumahnya. 

“Bibi Zahro kerjanya cuma jual ubi rebus di pasar, pada saat itu pasarnya tak seperti saat ini. Setiap pulang dari pasar, bibi selalu membawa ikan untuk kucing – kucingnya. Bahkan kadang – kadang, kucing – kucingnya itu di dandaninya, ” kenang Zamhari. 

Sikap sayangnya yang berlebihan pada kucing – kucingya, seringkali membuat tetangganya merasa heran serta menganggapnya aneh, sebab baru kali itu mereka simak orang yang sedemikian sayangnya pada kucing. 

Setelah Siti Zahro meninggal sampai setahun 1/2 lalu kuburnya di gali, ternyata kafan dan tulang – belulangnya masih utuh. Jadi tetangganya juga beranggapan bila keistimewaan itu beliau dapatkan karena rasa kasih serta cintanya pada kucing, makhluk ciptaan Allah yang konon juga jadi hewan kesayangan Baginda Nabi itu. 

Ruwaidah 

Beliau meninggal dunia sekitar th. 1979 dalam usia yang masih termasuk muda yaitu 25 th.. Saat wafat, perempuan lulusan Pondok Pesantren Tebuireng ini masih mempunyai seorang anak kecil berumur 2 th. dari suaminya yang masih hidup. Saat kuburnya di gali, berarti agaknya sejak pluhan tahun silam mayatnya di kebumikan. 

Semasa hayatnya, Ruwaidah di kenal sebagai wanita yang mempunyai akhlak baik dan penyabar. Mulutnya tak pernah terbuka untuk mengulas sesuatu yang mudharat serta sia – sia kecuali untuk menyalurkan ilmu yang di dapatkannya selama manimba ilmu di pesantren. Selain seorang ibu rumah-tangga, ia juga seorang pengajar/guru dan beternak bebek di rumahnya. 

Suaminya cuma seorang tukang becak, namun ia tak pernah mengeluh akan pendapatannya yang sedikit, demikian sebaliknya ia begitu menghormati serta taat pada suaminya. Bahkan pada keluarga suaminya sendiri, ia tak pernah sedikitpun membuka aib, ia senantiasa melindungi muruah rumah tangganya serta senantiasa sabar hadapi segenap kekurangan dalam rumah tangganya. 

“Kakak itu orangnya sabar, tak pernah mengeluhkan kekurangan rumah tangganya pada siapapun termasuk pada ibu dan ayah. Ia pandai menutupi kekurangan rumah tangganya pada orang lain. Sepertinya ia sudah demikian ridha dengan apa yang di kepunyaannya waktu itu. Kakak kan lulusan Pondok Pesantren Tebuireng, maka dari itu ia jadi guru. Selain itu kakak juga membantu suaminya beternak bebek. Suaminya sendiri cuma seorang tukang becak, tetapi kakak tetaplah menghormati suaminya, kebetulan suaminya juga baik. ” Cerita Umi sebagai adik Ruwaidah. 

Hj Maimah 

Mayatnya sudah di kebumikan selama tiga th. ketika kuburnya di gali. Menurut Masngidah istri Bapak Zamhari, beliau juga dikenal sebagai wanita yang penyabar. Sebagai tetangga, istri pak Zamhari pasti mengerti betul mengenai sikap anak – anak Hj Maimah yang dikenal nakal dan badung. Namun dalam menghadapi anak – anaknya yang kelewatan, beliau tetaplah bijaksana, tegar serta penuh kasih sayang. Tak pernah sekalipun ia menghardik atau melontarkan sumpah serapah pada anak – anaknya. 

“Anak – anak Hj Maimah itu nakal – nakal sekali, namun begitu sabar beliau menghadapinya, ” 

Selain itu, Hj Maimah yaitu wanita yang senantiasa menjaga shalat malamnya, ia di kenang suka terjaga di sepertiga malam untuk menunaikan Tahajud. Bahkan ketika wafat, kondisi beliau sedang akan melakukan shalat Tahajud. 

Saat malam itu, ia terbangun untuk melaksanakan shalat Tahajud. Melangkahlah ia ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, namun tiba – tiba ia terjatuh. Lihat peristiwa itu, anak – anaknya segera mengangkat tubuhnya untuk di baringkan di atas tempat tidur. Ternyata malam itu yaitu malam terakhir untuk Hj Maimah. Beliau meninggal dalam kondisi tenang serta damai tanpa sedikitpun menjalani saat – saat sakit terlebih dahulu. 

“Ibu Hj Maimah itu sukai shalat malam, bahkan waktu meninggalnya itu juga pas mau melaksanakan shalat malam, waktu itu beliau bangun untuk melaksanakan shalat malam seperti malam – malam umumnya. Namun tiba – tiba beliau terjatuh sampai beliau meninggal dunia, ” kenang Masngidah. 

Demikian penghargaan atau karunia yang di hadiahkan Allah pada hamba – hambanya yang beramal baik semasa hayat. Lelaku serta akhlak ketiga wanita istimewa itu di kenang baik semasa hidup, tersebut penyebabnya mereka memperoleh kemuliaan itu. Subhanallah
Subhanallah... SUDAH 30 TAHUN LEBIH DI KUBUR, KONDISI KAIN KAFAN DAN TULANG BELULANG 3 WANITA INI MASIH UTUH KETIKA DIGALI,, TERNYATA AMALAN SEDERHANA INI YANG MEREKA LAKUKAN... Subhanallah... SUDAH 30 TAHUN LEBIH DI KUBUR, KONDISI KAIN KAFAN DAN TULANG BELULANG 3 WANITA INI MASIH UTUH KETIKA DIGALI,, TERNYATA AMALAN SEDERHANA INI YANG MEREKA LAKUKAN... Reviewed by Yeslin Aliana Putri on 11.22 Rating: 5

Recent Posts

Latest in Tech